Rabu, 20 Desember 2017

TEMPAYAN AJAIB DAN BABI PERTAMA DI DUNIA (CARITA TAU KONJO TAHUN 1990)

Pada tahun 2014 Kami pernah mencoba mendokumentasikan salah satu seni musik yang ada di Kajang, dalam penelusuran kami tersebut akan asal muasal seni musik yang kami dokumentasikan, kami menemukan salah satu cerita akan tatanan kehidupan di dunia yang terdiri dari tiga macam tatanan yang mana Kosmologi dunia yang umum dipercayai di Sulawesi-selatan. dalam penuturannya, Dunia ini dihuni oleh tiga jenis manusia, yakni manusia atas adalah manusia yang memiliki tanduk serupa rusa, yang tengah adalah manusia seperti kita pada umumnya, dan yang hidup di bawah yang serupa dengan Babi, dalam cerita Gori-gori Katimbusang dibawah ini mungkin menyentuh akan dunia bawah tersebut.

Cerita Gori-Gori Katimbusang (Tempayan ajaib) ditulis oleh Muhammad Syurkati yang berumur 49 tahun. Dia adalah  pegawa.i negeri yang sekarang ini (1990) sebagai kepala desa di Malelleng, Kajang. Fokus ceritanya adalah tempayan ajaibnya Cerita inu tentang enam orang bersaudara, yang pertama tentang tujuh orang bersaudara, tetapi dalam kedua cerita ini anak bungsu yang muncul sebagai pahlawan. Mengisahkan sepasang orang tua tinggal yang bersama ketujuh anaknya di suatu kampung yang jauh di tengah hutan.

Mereka bekerja sebagai petani tetapi dalam pertaniannya itu mereka mendapat basil yang hanya cukup untuk dimakan saja. Dalam kebunnya itu mereka menanam tanaman seperti umbi­umbian. Dari itulah sehingga ada babi yang pertama sekali di dunia ini datang pada malam hari untuk memakan dan merusakkan tanamannya di kebun. Menurut cerita orang dulu ketujuh orang inilah yang pertama menemukan babi. Untuk  mendapatkan babi itu mereka harus meminjam tombak ajaib yang dimiliki oleh seseorang di kampungnya, tetapi dengan syarat jangan sampai tombak itu dihilangkan. Barangsiapa yang menghilangkannya dialah yang akan dijadikan budak sampai  kepada anak cucu mereka. SiBungsulah yang dapat membunuh babi di kebunnya, tetapi mata tombak tertusuk di pinggul babi dan babi itu berhasil masuk kembali ke dalam perut bumi.

Dan ketujuh orang bersaudara ini mengikuti babi itu ke tempat tinggalnya di dalam perut bumi. Untuk dapat menemukan tempat babi itu, mereka harus membuat tali dan kursi yang dari rotan yang bisa diturunkan ke tempat babi.  Mereka berganti-gantian turun dan untuk bisa naik kembali mencoba mereka harus menggoyang tali rotan agar orang di atas bisa mengetahui bahwa orang yang turun mau naik kembali.

Yang paling tua mencoba lebih dulu, tetapi belum sampai beberapa meter dia sudah menggoyang rotan. Begitu seterusnya sampai giliran yang bungsu. SiBungsulah yang berhasil mendapatkan tempat babi dan mengobati raja babi sehingga dia diberi hadiah oleh raja babi yaitu gori-gori katimbusang (tempayan ajaib) untuk dijadikan bahan kekayaan. Sebenarnya siBungsu hanya menarik mata tombak dari pinggul babi sehingga raja babi itu mati. waktu siBungsu sudah pergi, barulah babi­babi mengetahui mereka sudah ditipu, dan mereka mengikuti siBungsu naill ke permukaan bumi. Saudara-saudara siBungsu yang berada di permukaan bumi sudah siap dengan batu besar untuk menutup pintu permukaan bumi bila siBungsu sudah keluar. Tetapi mereka gagal karena sepasang babi lolos naik ke permukaan bumi. Sehingga itulah sampai sekarang ada babi di  atas bumi ini.


Dengan tempayan ajaib yang diperolehnya, siBungsu menjadi orang yang kaya-raya Suatu saat pemilik tombak ajaib ingin meminjam tempayan ajaib dari siBungsu untuk keperluan  perkawinan anaknya Karena permintaannya terlalu besar sehingga tempayan ajaib itu pecah dan tidak dapat diperbaiki. Nasib malang menimpa pemilik tombak ajaib karena dia harus menjadi budak dari siBungsu sampai dengan keturunannya yang keempat.

Berikut ini Cerita Gori-gori katimbusang yang ditulis oleh Muhammad Syurkati pada tahun 1990 dalam sayembara mengarang Carita Tau Konjo dalam bentuk Dongeng atau Fiksi. dalam cerita ini kami hanya langsung memindahkan cerita guna mempertahankan keaslian teks. 







Sumber :

UNHAS-SIL. 1990. Carita Tau Konjo ; riolo na kunni-kunnina Karangang Nukaminang Balloa :Makassar. 

Selasa, 19 Desember 2017

SEBABNYA DIKATAKAN HILA-HILA DI BULUKUMBA (CARITA TAU KONJO TAHUN 1990)

Saba'na Nikua Hila-Hila atau dalam bahasa Indonesia dapat di artikan menjadi Sebabnya dikatakan Hila-Hila ditulis oleh Hasan M. yang berumur 63 tahun (Pada tahun 1990) dan bekerja sebagai kepala lingkungan di Hila-Hila yang terletaknya terdapat di Kecamatan Bonto tiro 35 km dari Kota Bulukumba, Karangan ini menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan sehingga nama Hila-Hila terjadi. Pertama, ada dua sumur kalau namanya digabung terdengar seperti Hila-Hila. Kedua, sewaktu Datuk Tiro masih ada dan mengajar masyarakat untuk mengaji. Mula­-mula mereka tidak begitu pintar meniru kata “anlailaha illallah...” sehingga orang berkata bahwa mereka akan pergi untuk alailah illallah. Oleh sebabnya lidahnya agak sulit mereka berkata lahia-hila-hila.

Cerita Tau Konjo disusun dari tulisan yang disayembarakan pada tahun 1990 di lima kemacatan di Bulukumba atas kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Bulukumba dengan Universitas Hasanuddin dan Koran Pedoman Rakyat.

Berikut ini dua halaman dari buku digital yang kami pindahkan langsung dari teks aslinya untuk anda baca.




Sumber :

UNHAS-SIL. 1990. Carita Tau Konjo ; riolo na kunni-kunnina Karangang Nukaminang Balloa :Makassar.